SELAMAT DATANG DI SALMANTY PURBALINGGA SHOWROOM BURUNG PEKUTUT IMPORT DAN HASIL TERNAK JAWA TENGAH INDONESIA 02/08/09 - 09/08/09 ~ bursa perkutut
Custom Search

Kamis, 06 Agustus 2009

LATAR SUARA (AIR SUARA)

LATAR SUARA (AIR SUARA)
Senada dengan H. Mohammad, Aan pakar gaek asal tangerang, juga menempatkan mutu suara ditempat teratas ketika memilih piyik. "Cukup melihat latar suaranya saja, karena lainnya akan otomatis ikut", tutur jago iket dikawasan jabotabek itu.

Yang dimaksud, bila latar suaranya memang bagus, yakni tembus, cowong dan kering, maka otomatis suara depan, tengah dan ujung biasanya akan bagus juga. Dengan demikian ketika memilih piyik jangan terlalu condong ke suara ujung atau suara depan, karena kedua unsur suara tadi suatu ketika bisa hilang saat saat dewasa nanti atau malah bertambah bagus. Biasanya, bila latarnya bagus saat masih piyik, meski saat masih mudah usia itu tak akan muncul suara depannya, saat dewasa akan muncul dengan sendirinya. Demikian juga dengan suara ujungnya, akan mengikuti dengan sendirinya.

"Tetapi kalau bisa, selain latar suaranya bagus, iramanya juga harus bagus juga. Percuma berlatar suara bagus tetapi iramanya nggak karu-karuan", ingat pemain perkutut sejak jaman lokal dan pernah menjelajah Thailand ketika belum banyak orang indonesia berburu perkutut ke negeri gajah putih tersebut. Sebaliknya, meski iramanya bagus, suara depan, tengah dan ujung yahud, tetapi kalau mutu suaranya amburadul juga kesannya masih perlu dipertanyakan lagi. Apalagi bila powernya nggak ada, jelas berbahaya. "Jangan harap bisa dilombakan dan masuk juara saat besar nanti", tambahnya.

Suara tengah menurutnya juga jangan terlalu mewah dan senggang, khawatir patah. Dia lalu menunjuk sejumlah bintang piyik yang selalu masuk ke deretan juara saat mudah usia. Setelah dewasa tak terdengar lagi kiprahnya. "Mungkin saja kecilnya terlalu mewah, begitu besar justru malah patahnya yang dominan".

PENGARUH UMUR
Bahwasannya kualitas suara perkutut rentan terhadap perubahan juga diakui oleh banyak pakar. Perubahan itu terjadi biasanya mengikuti pertambahan usianya. Tetapi yang paling drastis perubahannya adalah sesaat setelah ganti bulu (ngurak) yakni pada usia 2.5 s/d 3 bulan dan ngurak kedua bulan 6 s/d 7 bulan. "Usia ganti bulu (ngurak), biasanya diikuti dengan perubahan kualitas suara. Saat itulah kita bisa merabah kemana arah dikemudian hari", papar Aan. Dipergantian bulu pertama, misalnya sesaat setelah bulu baruh tumbuh komplit, yakni diusia sekitar 4 bulan, akan terjadi perubahan kualitas suara. "Kalau mau bagus yah bagus, kalau kurang yah akan kurang nantinya", tambahnya.

Namun demikian, bukan berarti diusia 4 bulan sudah bisa dijadikan patokan, atau sudah tak akan berubah lagi dikemudian hari, karena usia ganti bulu kedua 6 s/d 7 bulan juga akan terjadi lagi perubahan suara. Malah diusia tersebut rawan-rawannya, maksudnya sekali berubah, maka seumur hidup tak akan berubah lagi. Kalau mau bagus, maka seterusnya akan bagus. Sebaliknya bila berubah menjadi jelek, maka selamanya akan jelek.

Karena itu beli perkutut yang paling aman bila umurnya sudah menginjak tujuh bulan. Tak perlu khawatir lagi akan terjadi penurunan kualitas".

Senada dengan H. Mohammad, Aan pakar gaek asal tangerang, juga menempatkan mutu suara ditempat teratas ketika memilih piyik. "Cukup melihat latar suaranya saja, karena lainnya akan otomatis ikut", tutur jago iket dikawasan jabotabek itu.

Yang dimaksud, bila latar suaranya memang bagus, yakni tembus, cowong dan kering, maka otomatis suara depan, tengah dan ujung biasanya akan bagus juga. Dengan demikian ketika memilih piyik jangan terlalu condong ke suara ujung atau suara depan, karena kedua unsur suara tadi suatu ketika bisa hilang saat saat dewasa nanti atau malah bertambah bagus. Biasanya, bila latarnya bagus saat masih piyik, meski saat masih mudah usia itu tak akan muncul suara depannya, saat dewasa akan muncul dengan sendirinya. Demikian juga dengan suara ujungnya, akan mengikuti dengan sendirinya.

"Tetapi kalau bisa, selain latar suaranya bagus, iramanya juga harus bagus juga. Percuma berlatar suara bagus tetapi iramanya nggak karu-karuan", ingat pemain perkutut sejak jaman lokal dan pernah menjelajah Thailand ketika belum banyak orang indonesia berburu perkutut ke negeri gajah putih tersebut. Sebaliknya, meski iramanya bagus, suara depan, tengah dan ujung yahud, tetapi kalau mutu suaranya amburadul juga kesannya masih perlu dipertanyakan lagi. Apalagi bila powernya nggak ada, jelas berbahaya. "Jangan harap bisa dilombakan dan masuk juara saat besar nanti", tambahnya.

Suara tengah menurutnya juga jangan terlalu mewah dan senggang, khawatir patah. Dia lalu menunjuk sejumlah bintang piyik yang selalu masuk ke deretan juara saat mudah usia. Setelah dewasa tak terdengar lagi kiprahnya. "Mungkin saja kecilnya terlalu mewah, begitu besar justru malah patahnya yang dominan".

PENGARUH UMUR
Bahwasannya kualitas suara perkutut rentan terhadap perubahan juga diakui oleh banyak pakar. Perubahan itu terjadi biasanya mengikuti pertambahan usianya. Tetapi yang paling drastis perubahannya adalah sesaat setelah ganti bulu (ngurak) yakni pada usia 2.5 s/d 3 bulan dan ngurak kedua bulan 6 s/d 7 bulan. "Usia ganti bulu (ngurak), biasanya diikuti dengan perubahan kualitas suara. Saat itulah kita bisa merabah kemana arah dikemudian hari", papar Aan. Dipergantian bulu pertama, misalnya sesaat setelah bulu baruh tumbuh komplit, yakni diusia sekitar 4 bulan, akan terjadi perubahan kualitas suara. "Kalau mau bagus yah bagus, kalau kurang yah akan kurang nantinya", tambahnya.

Namun demikian, bukan berarti diusia 4 bulan sudah bisa dijadikan patokan, atau sudah tak akan berubah lagi dikemudian hari, karena usia ganti bulu kedua 6 s/d 7 bulan juga akan terjadi lagi perubahan suara. Malah diusia tersebut rawan-rawannya, maksudnya sekali berubah, maka seumur hidup tak akan berubah lagi. Kalau mau bagus, maka seterusnya akan bagus. Sebaliknya bila berubah menjadi jelek, maka selamanya akan jelek.

Karena itu beli perkutut yang paling aman bila umurnya sudah menginjak tujuh bulan. Tak perlu khawatir lagi akan terjadi penurunan kualitas".

Benarkah Sekolah perkutut itu MAHAL..?? Di dunia kung mania atau belantara perkututan Indonesia sering terdengar istilah sekolah perkutut itu maha

Benarkah Sekolah perkutut itu MAHAL..??



Di dunia kung mania atau belantara perkututan Indonesia sering terdengar istilah sekolah perkutut itu mahal biayanya. Apa yang dimaksud dengan sekolah perkutut? Dan apa sebenarnya yang dimaksud dengan sekolah perkutut itu mahal ?

Seorang penggemar burung perkutut biasanya akan tergoda untuk memiliki perkutut yang lebih bagus dari yang dimiliki temannya. Mengapa begitu? Karena pada dasarnya sifat manusia adalah tidak mau kalah dan agak-agak serakah gitu deh. Sudah punya perkutut bunyi gacor harga cepek melihat perkutut temannya bunyinya lebih bagus akan merasa loh perkutut ku kok bunyinya kurang? Tidak mau kalah dengan temannya dia akan membeli lagi perkutut yang lebih bagus yang harganya lebih mahal. Akan tetapi si burung yang baru ini juga akhirnya terdengar kok cuma lumayan doang ya, sehingga dia akan beli lagi dan beli lagi.



Dan untuk menghemat biaya maka dipilihlah langkah yang kelihatannya rasional dan masuk akal, yaitu membeli perkutut pada saat masih piyik umur 2-3 bulan, karena pada saat itu harganya masih bisa terjangkau. Kalau mau beli perkutut bagus yang sudah dewasa maka harganya sudah berbunyi belasan atau puluhan juta. Dan celakanya si piyik perkutut calon jagoan yang berbunyi istimewa di kala piyik sebagian besar akan berubah menjadi kurang, entah itu berkurang ketukan tengahnya, menjadi noklak habis, suara ujungnya jadi pendek atau bahkan menjadi patah habis atau patah mengunci atau lebih parah lagi gabungan dari semua tadi. Namun apakah dia akan kapok untuk beli lagi? Tidak, justru dia akan berpikir wah lagi sial saja, dan akan mencoba membeli lagi.



Fenomena piyik bersuara bagus yang sering menjadi hancur suaranya ketika beranjak dewasa sering terjadi di jaman tahun 1980-1990an. Namun sekarang di tahun 2009 ini di saat banyak perkutut Bangkok atau perkutut Thailand Selatan yang gen suara ujungnya sudah hampir sempurna membanjiri Indonesia seperti trah KPP, MLT, TL, TPP dan sebagainya, maka membeli perkutut piyik bersuara istimewa asalkan mengandung darah-darah dari KPP dan teman-temannya itu sudah bukan merupakan gambling yang beresiko tinggi lagi. Walaupun masih ada suara-suara tengah yang berkurang ketukannya setelah dewasa ataupun juga suara ujung menjadi pendek namun perbandingannya sudah tidak begitu parah. Sudah bisa diharapkan piyik bersuara istimewa akan tetap bersuara istimewa juga.



Dengan banyaknya perkutut dengan trah-trah bersuara ujung panjang dan bervolume besar di Indonesia maka saat ini para penggemar perkutut di Indonesia apakah sudah bisa berharap bisa membeli perkutut istimewa dengan harga murah? Ternyata tidak juga. Harga bookingan piyik dari kandang unggulan Terminal Perkutut Surabaya misalnya kandang TP-666 (KPP K-13 x KPP K-84) adalah 50 juta rupiah per pasang tanpa dengar. Itu pun antrian bookingannya sudah sampai angka 20an lebih.



Jadi sampai saat ini beternak perkutut masih memiliki harapan luar biasa. Banyak penggemar perkutut pemula yang juga mulai ikut beternak perkutut dan bahkan peternak-peternak lama yang sudah sempat mengosongkan kandangnya pun mulai lagi mengucurkan dana puluhan bahkan ratusan juta rupiah untuk berburu indukan dengan trend suara paling gres saat ini, yaitu volume gede, cowong dan berujung panjang mengalun yang memiliki aliran darah dari KPP dan sebangsanya itu. Dengan harapan tentu saja anakannya akan bisa dijual dengan harga jutaan bahkan belasan juta per ekor.



Sudah menjadi rahasia umum saat ini bahwa indukan perkutut sekarang wajib memiliki trah darah perkutut dari Thailand Selatan (KPP, TPP, MLT dan sebangsanya). Kalau dana yang dimiliki tidak cukup untuk menebus indukan bertrah Thailand Selatan maka alternative yang paling oke adalah membeli indukan yang berasal dari peternak Indonesia yang indukannya bertrah KPP dkk itu atau juga dari peternak yang kakek nenek indukan di kandangnya masih kental darah KPP dkk nya. Dengan begitu bisa diharapkan dengan indukan berharga relative murah bisa menghasilkan piyikan berkualitas tinggi yang bervolume besar dan berujung panjang seperti kakeknya.

Jadi mari kita belajar lagi di sekolah perkutut dengan kurikulum baru dengan biaya lebih murah. Kuoooooonnnggg….!!!!



Di dunia kung mania atau belantara perkututan Indonesia sering terdengar istilah sekolah perkutut itu mahal biayanya. Apa yang dimaksud dengan sekolah perkutut? Dan apa sebenarnya yang dimaksud dengan sekolah perkutut itu mahal ?

Seorang penggemar burung perkutut biasanya akan tergoda untuk memiliki perkutut yang lebih bagus dari yang dimiliki temannya. Mengapa begitu? Karena pada dasarnya sifat manusia adalah tidak mau kalah dan agak-agak serakah gitu deh. Sudah punya perkutut bunyi gacor harga cepek melihat perkutut temannya bunyinya lebih bagus akan merasa loh perkutut ku kok bunyinya kurang? Tidak mau kalah dengan temannya dia akan membeli lagi perkutut yang lebih bagus yang harganya lebih mahal. Akan tetapi si burung yang baru ini juga akhirnya terdengar kok cuma lumayan doang ya, sehingga dia akan beli lagi dan beli lagi.



Dan untuk menghemat biaya maka dipilihlah langkah yang kelihatannya rasional dan masuk akal, yaitu membeli perkutut pada saat masih piyik umur 2-3 bulan, karena pada saat itu harganya masih bisa terjangkau. Kalau mau beli perkutut bagus yang sudah dewasa maka harganya sudah berbunyi belasan atau puluhan juta. Dan celakanya si piyik perkutut calon jagoan yang berbunyi istimewa di kala piyik sebagian besar akan berubah menjadi kurang, entah itu berkurang ketukan tengahnya, menjadi noklak habis, suara ujungnya jadi pendek atau bahkan menjadi patah habis atau patah mengunci atau lebih parah lagi gabungan dari semua tadi. Namun apakah dia akan kapok untuk beli lagi? Tidak, justru dia akan berpikir wah lagi sial saja, dan akan mencoba membeli lagi.



Fenomena piyik bersuara bagus yang sering menjadi hancur suaranya ketika beranjak dewasa sering terjadi di jaman tahun 1980-1990an. Namun sekarang di tahun 2009 ini di saat banyak perkutut Bangkok atau perkutut Thailand Selatan yang gen suara ujungnya sudah hampir sempurna membanjiri Indonesia seperti trah KPP, MLT, TL, TPP dan sebagainya, maka membeli perkutut piyik bersuara istimewa asalkan mengandung darah-darah dari KPP dan teman-temannya itu sudah bukan merupakan gambling yang beresiko tinggi lagi. Walaupun masih ada suara-suara tengah yang berkurang ketukannya setelah dewasa ataupun juga suara ujung menjadi pendek namun perbandingannya sudah tidak begitu parah. Sudah bisa diharapkan piyik bersuara istimewa akan tetap bersuara istimewa juga.



Dengan banyaknya perkutut dengan trah-trah bersuara ujung panjang dan bervolume besar di Indonesia maka saat ini para penggemar perkutut di Indonesia apakah sudah bisa berharap bisa membeli perkutut istimewa dengan harga murah? Ternyata tidak juga. Harga bookingan piyik dari kandang unggulan Terminal Perkutut Surabaya misalnya kandang TP-666 (KPP K-13 x KPP K-84) adalah 50 juta rupiah per pasang tanpa dengar. Itu pun antrian bookingannya sudah sampai angka 20an lebih.



Jadi sampai saat ini beternak perkutut masih memiliki harapan luar biasa. Banyak penggemar perkutut pemula yang juga mulai ikut beternak perkutut dan bahkan peternak-peternak lama yang sudah sempat mengosongkan kandangnya pun mulai lagi mengucurkan dana puluhan bahkan ratusan juta rupiah untuk berburu indukan dengan trend suara paling gres saat ini, yaitu volume gede, cowong dan berujung panjang mengalun yang memiliki aliran darah dari KPP dan sebangsanya itu. Dengan harapan tentu saja anakannya akan bisa dijual dengan harga jutaan bahkan belasan juta per ekor.



Sudah menjadi rahasia umum saat ini bahwa indukan perkutut sekarang wajib memiliki trah darah perkutut dari Thailand Selatan (KPP, TPP, MLT dan sebangsanya). Kalau dana yang dimiliki tidak cukup untuk menebus indukan bertrah Thailand Selatan maka alternative yang paling oke adalah membeli indukan yang berasal dari peternak Indonesia yang indukannya bertrah KPP dkk itu atau juga dari peternak yang kakek nenek indukan di kandangnya masih kental darah KPP dkk nya. Dengan begitu bisa diharapkan dengan indukan berharga relative murah bisa menghasilkan piyikan berkualitas tinggi yang bervolume besar dan berujung panjang seperti kakeknya.

Jadi mari kita belajar lagi di sekolah perkutut dengan kurikulum baru dengan biaya lebih murah. Kuoooooonnnggg….!!!!

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More